Desir.id – Medan | Debut Zach Cregger di ranah horor melalui Barbarian (2022) sudah berhasil mencuri perhatian. Kini ia kembali lewat Weapons, sebuah karya yang terasa seperti perluasan beberapa aspek dari Barbarian dengan skala yang lebih kecil. Film ini menghadirkan horor yang menyeramkan namun di saat yang sama bisa terasa lucu secara tulus, bukan karena kebetulan.
Fokus ceritanya berada pada misteri hilangnya tujuh belas anak dari Maybrook Elementary, yang dibagi ke dalam enam segmen dari sudut pandang karakter-karakter kunci. Pendekatan tersegmentasi ini membuat setiap perspektif punya ruang untuk berkembang, sekaligus memberi fleksibilitas tone yang berpindah mulus dari tegang, emosional, hingga ke momen-momen komedi gelap.
Menariknya, keenam karakter ini seperti mewakili trope klasik yang sering kita temui di film horor. Ada Justine Gandy, guru yang penuh perhatian diperankan oleh Julia Garner. Archer Graff, ayah yang cemas diperankan oleh Josh Brolin. Paul, polisi gagal diperankan oleh Alden Ehrenreich. Marcus, kepala sekolah yang skeptis diperankan oleh Benedict Wong. Seorang gelandangan yang naas dimainkan oleh Austin Abrams. Terakhir, Alex, anak yang punya kaitan misterius dengan cerita besar di baliknya, diperankan oleh Cary Cristopher.
Awalnya, kisah mereka terasa terpisah satu sama lain. Namun perlahan, cerita mulai bersinggungan dan membentuk kronologi peristiwa yang lebih jelas, seperti kepingan puzzle yang akhirnya menyatu.
Untuk horornya, Weapons memanfaatkan jumpscare secara kreatif melalui build-up yang rapi dan pengalihan fokus yang cerdas. Momen-momen seramnya benar-benar terasa menegangkan sekaligus memunculkan sensasi uncanny valley. Film ini juga tidak ragu bermain dengan gore. Darah dan adegan grafis dimanfaatkan untuk menambah kejutan dan faktor takut, namun tetap terasa proporsional, tidak berlebihan.
Sementara itu, unsur komedi hadir alami ketika film sepenuhnya merangkul sisi kocaknya. Momen-momen tersebut terasa benar-benar lucu tanpa dipaksakan. Perpaduan horor dan humor di sini mengalir mulus tanpa rasa janggal. Ada adegan yang di satu sisi bikin merinding, tetapi di sisi lain membuat tertawa, menjadikan pengalamannya unik dan segar. Salah satu contoh terbaik dari keseimbangan ini ada di segmen milik James dengan ending yang kocak sekaligus berdarah-darah, menutup pengalaman menonton dengan cara yang memorable.
Meski begitu, pacing di babak kedua terasa kurang rapi. Ada beberapa bagian yang terlalu melambat sehingga momentumnya sedikit tersendat. Beberapa dream sequence, meski menyeramkan dan visualnya memukau, sebenarnya kurang memberikan kontribusi berarti pada plot. Ditambah lagi ada beberapa simbolisme yang terasa kurang pas dengan tone dan cerita.
Namun di luar kekurangan itu, Weapons tetap tampil sebagai karya horor yang unik dan layak dianggap salah satu yang terbaik di tahun 2025.
RATE: ⭐⭐⭐⭐
Penulis: Arya Yudhistira