Desir.id – Medan | Setelah X-Men ’97 (2024) menetapkan standar tinggi bagi Marvel Animation, Your Friendly Neighborhood Spider-Man hadir sebagai alternatif yang tak bisa diremehkan. Dengan animasi yang setia pada akar komiknya dan pendekatan cerita yang lebih tajam, serial ini menghadirkan karakterisasi Peter Parker yang lebih matang serta konflik yang lebih berbobot. Tak sekadar mengulang formula lama, versi ini menawarkan modernisasi yang terasa segar tanpa menghilangkan esensi Spider-Man. Jika terus dipertahankan, bukan tidak mungkin ia akan menjadi favorit baru—bahkan cukup kuat untuk menyaingi interpretasi live-action MCU yang sudah mapan.
Your Friendly Neighborhood Spider-Man awalnya diumumkan dengan judul Spider-Man: Freshman Year, yang bertujuan mengeksplorasi asal-usul Peter Parker saat pertama kali memperoleh kekuatannya. Serial ini dirancang sebagai prekuel alternatif dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), di mana Norman Osborn berperan sebagai mentor Peter, bukan Tony Stark. Namun, dalam pengembangannya, konsepnya mengalami perubahan hingga akhirnya dikonfirmasi sebagai cerita di timeline yang berbeda. Pada Desember 2023, judulnya diubah menjadi Your Friendly Neighborhood Spider-Man, menegaskan pendekatan uniknya dalam menghadirkan kisah Spider-Man dengan gaya animasi klasik yang terinspirasi dari komik Amazing Fantasy.
Serial ini mengisahkan Peter Parker (Hudson Thames), yang mendapat kekuatan super setelah digigit laba-laba radioaktif pada hari pertama sekolahnya di Midtown High. Beberapa bulan kemudian, ia mulai menggunakan kekuatan tersebut untuk melindungi warga Queens dari berbagai ancaman. Sebagai pahlawan pemula di dunia yang sudah dipenuhi para superhero, Peter harus belajar menyeimbangkan kehidupan pribadinya dengan tanggung jawabnya sebagai Spider-Man demi menjaga keselamatan orang-orang yang ia cintai.
Dari premisnya, cerita ini memang terdengar seperti banyak adaptasi Spider-Man sebelumnya. Namun, serial ini justru menawarkan modernisasi yang terasa segar tanpa menghilangkan esensi karakter Spider-Man. Elemen pembaruannya tetap relevan dan tidak terlalu radikal, sehingga menghadirkan nuansa baru tanpa mengubah aspek fundamental yang sudah melekat pada sosok Peter Parker di berbagai media. Dari segi naskah, serial ini berhasil menyeimbangkan elemen fantastis dan membumi secara efektif. Di satu sisi, Spider-Man versi ini lebih tech-based dengan ketergantungan pada gadgetnya, tetapi di sisi lain, konflik personal yang manusiawi tetap menjadi pusat cerita. Keseimbangan ini justru memberikan karakterisasi yang lebih proper dibandingkan Spider-Man versi Tom Holland di timeline utama MCU.
Sebagai bagian dari modernisasi, beberapa perubahan dalam segi cerita dan karakter terasa relevan dan dapat dijustifikasi. Salah satu aspek yang cukup kontroversial adalah penerapan racebending pada karakter Norman Osborn dan putranya, Harry, yang kini diperkenalkan sebagai keturunan African-American. Sebuah pertanyaan yang wajar muncul ketika karakter ikonik mengalami perubahan pada salah satu aspek pentingnya: apa urgensinya? Namun, setelah serial ini dirilis, terbukti bahwa perubahan tersebut justru menghadirkan dinamika karakter yang menarik, menampilkan mereka sebagai representasi figur African-American berpengaruh—sebuah kontras dengan mayoritas komunitas African-American di Queens yang menghadapi berbagai tantangan finansial, pendidikan, dan pekerjaan yang dapat menjerumuskan mereka dalam kriminalitas. Dengan demikian, serial ini tak hanya membahas perjuangan Peter Parker sebagai seorang Caucasian dengan privilege, tetapi juga menyoroti isu-isu rasial yang krusial. Semua itu disampaikan melalui metode penceritaan show, don’t tell, memastikan bahwa alur cerita dalam animasi yang ditujukan untuk semua umur ini tetap terasa mengasyikkan.
Selain daya tarik dua karakter tersebut, serial ini juga menghadirkan jajaran karakter pendukung lainnya yang beragam dari segi gender, etnis, dan kultur. Peter kini memiliki Nico Minoru (Grace Song) sebagai sahabat yang pengertian, Pearl Pangan (Cathy Ang) sebagai gadis Filipina yang ia sukai, serta Lonnie Lincoln (Eugene Byrd) sebagai temannya yang memiliki peran menarik dalam alur cerita. Keberadaan karakter-karakter ini tidak hanya memperkaya dinamika hubungan Peter, tetapi juga dimanfaatkan dengan baik untuk membangun world-building yang solid. Tak hanya itu, serial ini turut mengangkat karakter yang sebelumnya hanya sekilas diperlihatkan dalam post-credits Spider-Man: Homecoming (2017), yaitu Mac Gargan alias Scorpion (Jonathan Medina). Berbeda dari kemunculannya yang singkat di film, di sini ia mendapatkan treatment yang jauh lebih mendalam, menjadikannya sebagai ancaman brutal bagi Peter. Kehadirannya tidak sekadar menjadi musuh fisik, tetapi juga membawa ketegangan yang lebih gelap dan intens, menambah bobot emosional dalam konflik utama.
Sebagai versi alternatif Spider-Man dalam MCU, serial ini mengambil latar waktu yang sejajar dengan Captain America: Civil War (2016), ketika perselisihan antara Captain America dan Iron Man menyebabkan perpecahan di antara para Avengers. Beberapa adegan memperlihatkan bagaimana absennya Tony Stark dalam hidup Peter menghasilkan konsekuensi yang berbeda. Perjanjian Sokovia pun memainkan peran dalam jalannya konflik, dengan meningkatnya pengawasan terhadap superhero di New York. Hal ini dimanfaatkan oleh Norman Osborn untuk mensponsori Spider-Man sebagai simbol pahlawan baru yang diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan publik. Pendekatan ini membuka peluang bagi eksplorasi lebih lanjut di musim mendatang, dengan potensi mengeksplorasi versi alternatif dari peristiwa-peristiwa krusial MCU seperti Invasi Thanos dan kematian Iron Man dari perspektif Spider-Man.
Dari segi visual, Your Friendly Neighborhood Spider-Man menghadirkan animasi yang cukup impresif. Setiap adegan aksi, mulai dari momen Spider-Man berayun di antara gedung hingga pertarungannya dengan berbagai villain, terasa dinamis dan penuh warna. Dengan fondasi art style yang menyerupai visual dari beberapa komik pertama Spider-Man yang digambar oleh Steve Ditko, animasi dalam serial ini tidak hanya menghadirkan perubahan yang relevan, tetapi juga sekaligus memberikan penghormatan terhadap Ditko sebagai salah satu kreator penting dalam penciptaan karakter Spider-Man.
Sebagai musim pembuka, serial ini sukses menghadirkan cerita dan karakter yang terbangun dengan baik sekaligus menanamkan sejumlah petunjuk untuk musim mendatang. Subplot yang dibiarkan terbuka tetap menjaga konklusi utama tanpa terasa mengganggu alur cerita. Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana serial ini mengembangkan para villain yang masih dieksplorasi secara minim di musim ini, sebelum akhirnya mendapatkan perkembangan signifikan di musim berikutnya.
Sebagai penutup, Your Friendly Neighborhood Spider-Man berhasil membuktikan bahwa cerita Spider-Man masih bisa dieksplorasi dengan cara yang menarik dan bermakna. Dengan pendekatan yang lebih segar namun tetap menghormati sumber aslinya, serial ini menghadirkan perubahan yang tidak terasa dipaksakan, melainkan justru memperkaya pengalaman bercerita yang lebih relevan dengan zaman. Jika serial ini mampu terus menjaga keseimbangan antara elemen klasik dan inovasi barunya, bukan tidak mungkin ia akan menjadi salah satu adaptasi Spider-Man yang paling berkesan bagi generasi baru.
Rate: ⭐⭐⭐⭐ ½
Penulis : Arya Yudhistira