Menu

Mode Gelap
Peduli Kesehatan & Lingkungan, Dua Giat CSR Digelar RSP Pangkalan Brandan Demi Warga Miskin Terlindungi Layanan Kesehatan Kepesertaan BPJS PBI 33.381 Warga Deli Serdang Dinonaktifkan KPPU Kanwil I Laporkan Capaian Penegakan Hukum dan Advokasi Persaingan Usaha Semester I Tahun 2025 KPPU Minta Gubernur Lampung Tinjau Ulang Larangan Distribusi Gabah ke Luar Daerah KPPU Siapkan Rekomendasi Untuk Suksesnya Program Makan Bergizi Gratis KPPU Kanwil I Soroti Kenaikan Harga dan Pasokan Gabah

Entertainment

Review Daredevil: Born Again (2025)

badge-check


					Review Daredevil: Born Again (2025) Perbesar

Desir.id – Medan | Tepat tujuh tahun setelah selesainya musim ketiga dan dibatalkannya Marvel’s Daredevil di Netflix, serial ini kembali sebagai sebuah kontinuasi langsung dari keseluruhan cerita dan karakter yang telah kita tinggalkan di musim tersebut. Sejak Spider-Man: No Way Home (2021), Charlie Cox selaku pemeran Matt Murdock/Daredevil telah mendapatkan beberapa kesempatan untuk tampil sebagai cameo di sejumlah proyek Marvel Cinematic Universe (MCU). Hal serupa juga terjadi pada Vincent D’Onofrio sebagai Wilson Fisk/Kingpin, rival abadi Daredevil yang kembali dimunculkan lewat serial Hawkeye (2021) dan Echo (2024). Kembalinya kedua karakter ini menjadi bentuk integrasi semesta Marvel versi Netflix ke dalam MCU, yang sebelumnya tidak pernah secara resmi tergabung, serta menjadi bagian dari build-up menuju penampilan pamungkas mereka di serial kontinuasi Daredevil: Born Again.

Secara garis besar, Daredevil: Born Again merupakan sebuah kontinuasi yang sangat layak bagi serial pendahulunya. Bukan tanpa kekurangan dan eksekusi yang kurang matang di beberapa aspek, namun untuk hal-hal seperti mayoritas penceritaan, karakter, dan elemen-elemen baru nan segar yang muncul sebagai bentuk penyesuaian dengan keseluruhan MCU, serial ini mampu memberikan justifikasi atas urgensi dilanjutkannya cerita yang sebelumnya sudah cukup lama tertinggal. Hal tersebut dilakukan dengan tetap menghormati semua aspek yang sudah ditetapkan di serial pendahulunya dan dijadikan acuan serta referensi untuk melanjutkan cerita.

Musim pertama Daredevil: Born Again dimulai dengan episode yang memperlihatkan sebuah keputusan kreatif yang sangat berani namun penting untuk membuka musim baru dengan sesuatu yang benar-benar terasa personal. Episode dibuka dengan adegan reuni trio karakter inti yakni Matt Murdock, Karen Page (Deborah Ann Woll), dan Foggy (Elden Henson) di sebuah bar yang berlangsung begitu menyenangkan. Tak hanya digunakan untuk reuni karakter lama, adegan ini juga memperkenalkan Cherry (Clark Johnson), seorang pensiunan petugas Kepolisian New York (NYPD), Detektif Angie Kim (Ruibo Qian), dan Kirsten McDuffie (Nikki M. James), seorang mantan asisten jaksa wilayah New York sebagai beberapa karakter pendukung baru yang akan mendampingi Matt Murdock seiring cerita berjalan.

Setelah dibuka dengan interaksi antar-karakter yang menyenangkan, ketenangan mereka diinterupsi oleh penembakan Foggy oleh Benjamin Poindexter/Bullseye (Wilson Bethel) yang dengan cepat mengubah tone adegan menjadi intens. Hal ini kemudian menuntut Matt untuk kembali mengenakan kostumnya, yang berlanjut pada sekuens pertarungan seru antara Daredevil dan Bullseye, bersamaan dengan meningkatnya collateral damage dan melemahnya detak jantung Foggy. Adegan pembuka ini kemudian berakhir dengan kematian Foggy dan keputusan Matt untuk berhenti menjadi Daredevil akibat rasa sesal yang mendalam atas kehilangan sahabatnya.

Ini merupakan adegan pembuka yang sangat efektif, terlebih untuk sebuah serial kontinuasi. Hal ini terasa sangat efektif karena dua alasan. Alasan pertama adalah urgensi. Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, kita sudah melewati tujuh tahun semenjak musim ketiga Marvel’s Daredevil berakhir. Apa yang diperlihatkan melalui ending musim tersebut pun kurang lebih sudah cukup menjadi penutup dan tidak banyak meninggalkan poin cerita yang bisa dilanjutkan. Jika ada upaya untuk melanjutkan, tentu diperlukan alasan yang kuat dan personal dari segi plot. Sebuah peristiwa penting yang mampu secara organik menggerakkan cerita dan perubahan karakter para tokohnya untuk menjadi tontonan yang menarik. Kematian Foggy adalah alasan yang kuat, sebuah urgensi yang sangat efektif bagi pembuka musim.

Alasan kedua adalah relevansi dengan judul. Serial ini mengusung sub-judul Born Again, sebuah judul story arc di komik Daredevil yang rilis pada tahun 1986 dan ditulis oleh Frank Miller. Story arc ini menceritakan hancurnya kehidupan Matt Murdock setelah identitasnya sebagai Daredevil terbongkar. Dihadapkan pada banyaknya kehilangan dan kekalahan, ia berjuang untuk bangkit kembali dan mencari penebusan, melawan Kingpin dan tantangan pribadi yang berat. Hampir keseluruhan aspek dari story arc ini telah dijadikan inspirasi untuk cerita di musim ketiga Marvel’s Daredevil. Sehingga, diperlukan pembeda yang signifikan bagi serial kontinuasinya untuk menghindari pengulangan namun tetap relevan dengan judul. Kematian Foggy adalah peristiwa yang tepat untuk digunakan sebagai simbolisasi hancurnya kehidupan Matt Murdock dan pembuka arc baru bagi Matt yang menceritakan bagaimana dirinya terus berjuang untuk bangkit hingga akhirnya “terlahir kembali.”

Lebih dalam membahas plot, Daredevil: Born Again menyajikan beberapa subplot menarik yang tetap relevan dengan plot utama, yakni kenaikan kekuasaan Wilson Fisk sebagai wali kota baru New York. Plot utama dan setiap subplot berjalan dengan sinergi yang cukup baik, di mana masing-masing saling berkontribusi dalam memberikan efek yang berkesinambungan. Terlepas dari singkatnya proses kenaikan Wilson Fisk menjadi wali kota, kinerjanya yang sangat dipengaruhi oleh kebencian terhadap pahlawan bertopeng dan upayanya untuk terus mengubur citra buruknya sebagai Kingpin menciptakan perkembangan karakter yang menarik, yang justru semakin banyak menerapkan abuse of power, sebuah hal yang tak bisa ia hilangkan dari jati dirinya. Hal ini kemudian menciptakan paralel yang menarik dengan Matt, yang juga sedang dilema untuk tidak kembali menjadi Daredevil saat melihat segala ketidakadilan di tengah pemerintahan Fisk sebagai wali kota.

Kembali berbicara tentang subplot, Daredevil: Born Again memiliki dua subplot mencolok yang masing-masing memiliki kelebihannya tersendiri. Salah satunya adalah proses persidangan Hector Ayala/White Tiger (Kamar de los Reyes) yang dituduh membunuh seorang petugas polisi setelah mencegah tindak kekerasan berlebihan pada warga sipil. Subplot ini mengembalikan aspek courtroom drama yang menjadi salah satu ciri khas serial pendahulunya, dengan setiap sekuens yang ditulis dengan baik dan diiringi oleh performa solid dari Charlie Cox sebagai Matt Murdock ketika ia membela Hector dengan segala taktik dan retorikanya sebagai pengacara yang hebat. Selain itu, performa akting Kamar de los Reyes sebagai Hector Ayala yang empatik juga berhasil membuat penonton peduli dengan apa yang sedang ia lalui. Sebuah legacy yang patut diapresiasi setelah sang aktor meninggal pada 24 Desember 2023 lalu.

Subplot selanjutnya bercerita tentang kemunculan Muse, seorang pembunuh berantai yang meneror New York dengan menyebarkan mural yang ia buat menggunakan darah para korbannya. Di tengah rumitnya persidangan Hector Ayala dan semakin meningkatnya peran polisi yang diberi kuasa untuk bertindak di atas hukum oleh pemerintahan Fisk, dilema yang dialami oleh Matt semakin diperparah oleh kemunculan Muse yang misterius. Subplot ini sebenarnya berperan penting dalam membuat konflik utama semakin memanas, namun sayangnya eksekusi penulisan dan karakterisasi Muse yang diadaptasi dengan buruk dari versi komiknya justru meninggalkan kesan anti-klimaks pada momen penyelesaiannya.

Namun beruntung, terlepas dari kekurangan tersebut, serial ini masih menyimpan banyak kelebihan lain. Salah satu yang belum disebutkan adalah aspek aksi yang kini jauh lebih fleksibel dalam menampilkan kemampuan akrobatik Daredevil seperti yang ada di komik melalui adegan-adegan yang menggabungkan CGI dan practical effects. Tak hanya melalui efek visual, kemampuan pendengaran sonar dari Daredevil pun beberapa kali ditampilkan dengan sangat unik melalui pergantian aspect ratio yang halus. Walau kini terasa lebih heroik dan fantastis, serial ini juga tetap membarengi aksi yang comic accurate tadi dengan sentuhan brutal dan berdarah-darah yang tidak menghilangkan ciri khas dari serial pendahulunya.

Secara menyeluruh, musim pertama Daredevil: Born Again ini didominasi oleh kelebihan-kelebihan yang memuaskan dan melegakan. Pun begitu juga dengan endingnya yang dengan cerdas membangun pondasi untuk musim kedua yang akan lebih seru dengan konflik yang semakin kompleks. Keterlibatan Frank Castle/Punisher (Jon Bernthal) di episode terakhir pun tidak hanya memunculkan interaksi yang ikonis dengan Daredevil, namun juga menjadi jembatan yang baik ke proyek Marvel Studios Special Presentation ketiga yang nantinya akan berfokus pada Punisher. Jika melihat beberapa lini komik yang menceritakan konflik pemerintahan Kingpin sebagai wali kota New York yang sentimen terhadap para vigilante, sepertinya musim keduanya nanti akan lebih banyak memunculkan vigilante lain yang beroperasi di New York. Namun akan sangat disayangkan jika lisensi Sony Pictures akan membatasi Spider-Man untuk muncul terlepas dari statusnya sebagai vigilante paling terkenal dan berpengaruh di New York.

RATE: ⭐⭐⭐⭐

Penulis: Arya Yudhistira

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Review How to Train Your Dragon (2025)

16 Juni 2025 - 11:36 WIB

Review Lilo & Stitch (2025)

14 Juni 2025 - 19:58 WIB

Review Final Destination Bloodlines (2025)

11 Mei 2025 - 21:10 WIB

Review Thunderbolts* (2025)

10 Mei 2025 - 20:51 WIB

Review Pengepungan di Bukit Duri (2025)

19 April 2025 - 12:47 WIB

Trending di Entertainment