Desir.id — Medan | Kafe kini tak lagi hanya identik dengan tempat nongkrong. Seiring dengan meningkatnya teknologi digital, ruang-ruang publik seperti ini berubah menjadi tempat produktif untuk bekerja atau belajar. Fenomena Work From Café (WFC) semakin marak, dilakukan oleh beberapa orang yang gemar memadukan gaya hidup santai dengan aktivitas produktif.
Tren ini juga dipengaruhi dengan peran sosial media, budaya Work From Café ini populer pasca pandemi Covid-19 seiring dengan budaya nongkrong muncul Kembali. Belakangan ini, mudah kita temui orang-orang yang sibuk dengan laptopnya, buku catatan, dengan secangkir kopi atau minuman segar di beberapa kafe di kota Medan, menandakan banyaknya orang yang mengikuti tren ini.
“mungkin ada beberapa faktor ya kenapa orang-orang lebih nyaman WFC, mungkin karena lebih comfort kali disini, karena rumah kan tempatnya untuk istirahat gitu,” ujar Virgi, salah satu pelanggan Coffee Shop yang sedang WFC.
“Kalo lagi WFC itu bisa melihat banyak hal dan bisa nemu referensi yang lebih banyak gitu, terlebih kalo aku WFC-nya sendirian gitu, jadi aku bisa fokus ke diri sendiri gitu.” Tambah Amel, salah satu peminat tren WFC.
Tapi dibalik maraknya orang-orang yang suka melakukan kegiatan ini, ada pula beberapa orang yang kurang suka bekerja atau belajar diluar kantor, rumah atau kampus.
“Aku pernah beberapa kali WFC, dan aku ngerasa kalo lagi WFC itu banyak distraksi, makanya aku pribadi kalo kerja Sukanya sendirian dikos, supaya aku bisa fokus ke diri
sendiri, dan menurut aku WFC lumayan bikin boros.” ungkap Hadad, salah satu pengunjung Coffee Shop.
Nah, berdasarkan beberapa opini diatas, memang WFC memiliki sisi positif dan negatif tergantung dari individu yang melakukannya, ada orang yang lebih suka belajar atau kerja diluar ruangan untuk mencari inspirasi dan suasana yang nyaman, namun ada juga yang berpendapat bahwa tren ini cenderung konsumtif.
Terlepas dari suka atau tidaknya orang-orang terhadap tren ini, tren ini juga berdampak kepada pemasukan dan pengeluaran ekonomi pengusaha kafe.
“bagus sekali tren ini, karena meningkatkan pendapatan kita sebagai owner Coffee Shop, untuk menyambut orang yang mau WFC kalo kita sih siapin banyak colokan, wifi yang memumpuni untuk orang bekerja atau belajar di kafe ini. Semenjak ada tren ini, pengunjung udah pada datang dari pagi, karena biasanya pada datang sore cuman buat Hangout doang, dan pengunjung yang biasanya WFC disinikan orang-orang pekerja ya, mereka bisa pesen
minum itu sampe dua kali, kalo sisi negatifnya paling cok sambung suka ilang, itu aja sih.”
Ujar David, sebagai salah satu owner Coffee Shop di kota medan.
Pada akhirnya, WFC bukan hanya tren sesaat. Tapi merupakan representasi cara kerja baru yang lebih fleksibel, kreatif, dan kolaboratif , sebuah perubahan yang mencerminkan dinamika dunia kerja modern.
Oleh: Rayhan








